Rabu, 26 Maret 2014

Terima Kasih... SAHABAT




            Sungguh... awalnya aku merasa ragu untuk terus bersama kalian. Gaya hidup kalian yang aku anggap berpaham hedonisme sangat bertolak belakang dengan ajaran hidup sederhana yang selalu di nasehatkan oleh Ayah dan (Alm.) Ibuku. Nasehat itu seakan membatasiku untuk bergaul dengan orang-orang yang kuanggap “High Class”. Ya... aku harus pandai memilih teman agar tidak merasa iri ataupun memiliki rasa “ingin” seperti mereka.
            Jangankan tentang hang out ke tempat-tempat wisata, keluar daerah, ataupun keluar kota, pakaian pun sejak dulu orangtuaku membatasi. Kata mereka, segala yang kita miliki selama hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya. Termasuk pakaian, sepatu, sendal, bahkan aksesoris, dan segala hal lain yang kita miliki tapi sebenarnya tidak begitu kita perlukan. Ya, terlebih jika hanya sekedar mengikuti trend. Tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman, dsb.
            Karena itulah aku (sudah) memutuskan untuk menjaga jarak dengan kalian. Mungkin memang (seharusnya) itu yang aku lakukan. Kalian terlalu “wah” untukku. Sebelum menyesali perpisahan yang ku inginkan sendiri, aku memilih untuk menceritakan perasaan ini pada salah satu dari kita. Responnya diluar ekspektasiku. Dia tidak menasehati tapi langsung marah padaku. Katanya, TIDAK seharusnya aku bersikap seperi itu.
            Aku dilema. Ketika masih berstatus single saja aku sudah merasa sedemikian “berbeda”nya, apalagi dengan statusku sekarang. Yang jelas-jelas sudah berkeluarga bahkan dengan seorang anak yang akan selalu kubawa ikut serta bersamaku. Tentunya akan lebih sulit lagi bagiku untuk menghabiskan waktu diluar bersama kalian.
            Keputusanku sudah bulat. Aku memilih untuk mengakhiri persahabatan kita. Itu mungkin yang terbaik. Agar kelak ketika kalian akan mengadakan acara jalan-jalan lagi, kalian tidak merasa terhalang akan ketidak-adaannya waktuku atau terus menunda hanya karena ingin menyesuaikan waktu kalian denganku.
            Tapi ketika akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kalian semua. Kalian justru menarikku kembali. Membawaku kembali ke masa-masa dulu ketika aku belum terikat. Menyadarkanku bahwa aku sama sekali TIDAK berbeda dari kalian. Menunjukkan padaku bahwa Si kecil Zhafran-ku pun tidak menjadi beban bagi kalian. Malah kalian yang memaksaku mengikutsertakannya bersama kita. Kalian semua menyayanginya hingga tidak memberiku kesempatan untuk memegangnya ketika kalian tengah bersamaku.
            Ah... rasanya seperti sebuah tamparan saja. Secara tidak langsung kalian telah menamparku dengan keras. Kalian ingin menyadarkanku bahwa aku MASIH dan AKAN TETAP menjadi bagian dari kalian. Dan kusadari bahwa aku akan selalu membutuhkan kalian. Tawa dan canda kalian memang selalu membuatku rindu akan hadirnya kalian. Aku bangga memiliki kalian. Aku bangga bersahabat dengan kalian.
Terima Kasih... SAHABAT.

Untukmu...
> Dokter Cantik “Sashi"
> Farmasis Care “Nho-Nho”
> Guru Gaul “Dilla”                    
> Si Jahil “Aan”
> Si Imut “Yhe-yhe”
> Olahragawan Cute “Umam”
> Si Bawel “Marna”
> Mr.Busy “Usar”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar