Aku
sudah sepantasnya berSYUKUR atas kehadiran kalian dalam kehidupanku. Teman-teman
terbaik yang hingga saat ini masih setia menjaga hubungan pertemanan di antara
kita.
Sungguh...
awalnya aku merasa ragu untuk terus bersama kalian. Gaya hidup kalian yang aku
anggap berpaham hedonisme sangat bertolak belakang dengan ajaran hidup
sederhana yang selalu di nasehatkan oleh Ayah dan (Alm.) Ibuku. Nasehat itu
seakan membatasiku untuk bergaul dengan orang-orang yang kuanggap “High Class”.
Ya... aku harus pandai memilih teman agar tidak merasa iri ataupun memiliki
rasa “ingin” seperti mereka.
Jangankan
tentang hang out ke tempat-tempat
wisata, keluar daerah, ataupun keluar kota, pakaian pun sejak dulu orangtuaku
membatasi. Kata mereka, segala yang kita miliki selama hidup di dunia akan
dimintai pertanggungjawabannya. Termasuk pakaian, sepatu, sendal, bahkan
aksesoris, dan segala hal lain yang kita miliki tapi sebenarnya tidak begitu
kita perlukan. Ya, terlebih jika hanya sekedar mengikuti trend. Tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman, dsb.
Karena itulah
aku (sudah) memutuskan untuk menjaga jarak dengan kalian. Mungkin memang
(seharusnya) itu yang aku lakukan. Kalian terlalu “wah” untukku. Sebelum menyesali
perpisahan yang ku inginkan sendiri, aku memilih untuk menceritakan perasaan
ini pada salah satu dari kita. Responnya diluar ekspektasiku. Dia tidak
menasehati tapi langsung marah padaku. Katanya, TIDAK seharusnya aku bersikap
seperi itu.
Aku dilema.
Ketika masih berstatus single saja
aku sudah merasa sedemikian “berbeda”nya, apalagi dengan statusku sekarang. Yang
jelas-jelas sudah berkeluarga bahkan dengan seorang anak yang akan selalu kubawa
ikut serta bersamaku. Tentunya akan lebih sulit lagi bagiku untuk menghabiskan
waktu diluar bersama kalian.
Keputusanku
sudah bulat. Aku memilih untuk mengakhiri persahabatan kita. Itu mungkin yang
terbaik. Agar kelak ketika kalian akan mengadakan acara jalan-jalan lagi,
kalian tidak merasa terhalang akan ketidak-adaannya waktuku atau terus menunda
hanya karena ingin menyesuaikan waktu kalian denganku.
Tapi ketika
akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kalian semua. Kalian justru
menarikku kembali. Membawaku kembali ke masa-masa dulu ketika aku belum terikat.
Menyadarkanku bahwa aku sama sekali TIDAK berbeda dari kalian. Menunjukkan
padaku bahwa Si kecil Zhafran-ku pun tidak menjadi beban bagi kalian. Malah kalian
yang memaksaku mengikutsertakannya bersama kita. Kalian semua menyayanginya
hingga tidak memberiku kesempatan untuk memegangnya ketika kalian tengah
bersamaku.
Ah...
rasanya seperti sebuah tamparan saja. Secara tidak langsung kalian telah
menamparku dengan keras. Kalian ingin menyadarkanku bahwa aku MASIH dan AKAN
TETAP menjadi bagian dari kalian. Dan kusadari bahwa aku akan selalu
membutuhkan kalian. Tawa dan canda kalian memang selalu membuatku rindu akan
hadirnya kalian. Aku bangga memiliki kalian. Aku bangga bersahabat dengan
kalian.
Terima Kasih... SAHABAT.
Untukmu...
> Dokter Cantik “Sashi"
> Farmasis Care “Nho-Nho”
> Farmasis Care “Nho-Nho”
> Guru Gaul “Dilla”
> Si Jahil “Aan”
> Si Jahil “Aan”
> Si Imut “Yhe-yhe”
> Olahragawan Cute “Umam”
> Olahragawan Cute “Umam”
> Si Bawel “Marna”
> Mr.Busy “Usar”
> Mr.Busy “Usar”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar